MEKANISME REAKSI BERSAING SN2 DAN E2
Baiklah
teman teman, pada pertemuan kali ini kita akan membahas mekanisme reaksi bersaing
antara SN2 dan E2. Pada pertemuan sebelumnya kita telah
mempelajari mekanisme reaksi SN2
dan mekanisme reaksi E2. Sebelum
kita memasuki inti dari materi ini, ada baiknya kita mengulangi terlbih dahulu
apa itu mekanisme reaksi SN2 dan mekanisme reaksi E2.
Mekanisme reaksi SN2
adalah salah satu mekanisme reaksi substituis nukleofilik dimana nukleofil
menyerang elektrofil saat elektrofil belum melepaskan leaving group nya. Sehingga
pada keadaan transisi C akan terikat dengan nukleofil dan leaving group dan
pada keadaan akhir leaving group lepas dan terbentuk ikatan baru antara
nukleofil dan elektrofil.
Sama halnya dengan reaksi SN2
mekanisme reaksi E2 adalah
suatu mekanisme reaksi eliminasi dimana basa menyerang atom H pada saat
leaving group nya belum lepas dari
rantai utama. Ketika pada saat transisi atom H terikat dengan basa namun
leaving group belum lepas dan terbentuklah ikatan rangkap samar-samar. Pada saat
keadaan akhir terbentuklah ikatan rangkap 2 dan leaving group nya.
Kedua mekanisme reaksi ini memiliki
beberapa kesamaan diantaranya yaitu keduanya menjalankan proses 1 tahap,
menggunakan 2 molekul sekaligus dalam 1 tahap, kedua reaksi tidak menghasilkan
karbokation, alkil halida yang cepat bereaksi adalah alkil halida sekunder dan
primer. Terutama primer. Oleh sebab itu, kedua mekanisme reaksi ini dapat
bersaing satu sama lain.
Pada
gambar diatas dapat dilihat bahwa ada 2 kejadian yang mungkin saja terjadi,
yaitu reaksi SN2 dan mungkin saja reaksi E2. Dapat kita
lihat, kejadian pertama jika nukleofil menyerang atom H maka akan terbentuk
ikatan rangkap pada C dan X lepas maka produk yang dihasilkan adalah produk E2.
Sedangkan jika nukleofil menyerang atom C dan X lepas sebagai leaving group,
maka produk yang dihasilkan adalah SN2.
Terdapat beberapa faktor yang
menenentukan apakah reaksi tersebut mengalami reaksi SN2 atau bahkan
mengalami E2.
1. Jika
molekul basa berukuran kecil, reaksi substitusi lebih dominan
Pada
gambar diatas sebagai contoh, jika kita
menggunakan etoksida sebagai basa maka etoksida ini akan lebih mudah menyerang
C dan Br putus sebagai gugus lepas sehingga terjadilah reaksi SN2. Dan terbentuklah ikatan baru yaitu etoksi
dan etil. Selain itu basa etoksida juga dapat menyerang atom H sehingga Br
lepas dan terbentuklah ikatan rangkap dan produk SN2. Namun, dari
kedua reaksi ini persentase terbesar adalah reaksi SN2 yaitu 90% dan
E2 yaitu 10%.
1.
Jika faktor sterik
karbon elektrofil besar, reaksi eliminasi lebih dominan.
Gambar diatas adalah sebagai contoh, jika faktor sterik karbon elektrofil besar
maka basa hanya bisa menyerang atom H. karena basa lebih kecil dari gugus pergi
tersebut. Sehingga reaksi eliminasi lebih cenderung terjadi dengan persentase
79% dan SN2 dengan persentase 21%.
Permasalahan :
1. Faktor apa saja yang
menyebabkan reaksi E2 kalah dari reaksi SN2 ? begitupun
sebaliknya.
2.
Bagaimana karakteristik
basa yang digunakan dalam kedua reaksi ini?
3.
Mengapa SN2
disandingkan dengan reaksi E2? Mengapa tidak reaksi E1?
Saya Vinni Sridayanti nim A1C117030 akan mencoba membantu menjawab permasalahan no. 2
ReplyDeleteMenurut saya basa yang digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi bersaing ini merupakan basa yang memiliki pasangan elektron yang tinggi atau basa kuat, yang mana energi pembentukannya lebih rendah daripada energi pemutusannya. Sehingga ia dapat menyerang atom H atau atom C dan X.
Saya ulin ayu.w (A1C117024) akan coba menjawab permasalahan no 2
ReplyDeleteAdapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi bersaing SN2 dan E2, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Struktur alkil halida ( substrat )
Jika pada reaksi menggunakan substrat alkil halida primer, maka yang akan terjadi bukanlah reaksi E2 melainkan reaksi SN2. Dimana telah kita ketahui pada materi sebelumnya, bahwa reaksi SN2 akan lebih reaktif jika menggunakan alkil halida primer, sedangkan reaksi E2 kurang reaktif jika menggunakan alkil halida primer.
Jika pada reaksi menggunakan substrat alkil halida sekunder, maka reaktif atau tidaknya suatu rreaksi tergantung pada kekuatan basanya. Makin kuat basanya, maka semakin besar pula prsentase produk eliminasi.
Jika pada reaksi menggunakan substrat alkil halida tersier, maka yang akan terjadi bukanlah reaksi SN2 melainkan reaksi E2. Karena reaksi E2 lebih reaktif jika menggunakan alkil halida tersier, sementara reaksi SN2 kurang raktif jika menggunakan alkil halida tersier.
2.Temperature
Jika temperature dan kenaikan laju reaksi besar maka yang akan terjadi ialah reaksi E2 bukan reaksi SN2.
halo infirna
ReplyDeletesaya Yuli Pertiwi
NIM A1C117020
saya akanmencoba menjawab permasalahan pertama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan reaksi E2 kalah dengan SN2. Diantaranya seperi apabila alkil halida yang digunakan adalah aklil halida primer, makan reaksi E2 akan kalah dengan rekasi SN2 karena alkil halida primer ini lebih reaktif dengan reaksi SN2. Tingkat kebasaan yang rendah juga menjadi faktor mengapa reaksi E2 kalah dari reaksi SN2. Namun tidak selamanya reaksi E2 ini kalah dengan reaksi SN2. Seperti apabila temperatur tinggi, maka reaski E2 akan menang dari SN2. Hal ini dikarenakan kenaikan temperatur akan berpengaruh ke naiknya laju reaksi. makin besar laju reaksi maka makin terjadi reaksi E2 karena reaksi eliminasi memiliki energi aktivasi yang tinggi.
semoga membantu.
terimakasih
Saya Emy Yulia
ReplyDeleteNIM A1C117064
Saya akan membantu menjawab permasalahan infirna pada no 3 yang mana pertanyaannya yaitu mengapa SN2 disandingkan dengan E2? Mengapa tidak dengan E1, menurut saya karena reaksi SN2 dan E2 ini memiliki banyak persamaan-persamaan faktor yaitu seperti sama-sama terjadi dalam satu tahap menggunakan alkil halida primer dan sekunder nah dari persamaan itu lah maka rekasi ini dapat bersaing kalo dengan E1 berbeda dimana kita ketahui bahwa pada E1 terjadi dalam 2 tahap dan menggunakan alkil halida tersier.
Semoga dapat membantu.